Akhir-akhir ini isu yang berkembang hangat adalah masalah gaji presiden. Hal ini muncul ketika Presiden SBY ‘curhat’ pada Rapim TNI-Polri beberapa waktu yang lalu tentang gajinya yang sudah 7 tahun tidak pernah naik. Curhat presiden ini langsung direspon oleh menteri keuangan selaku bendahara negara dengan usulan menaikkan gaji presiden dan para pimpinan tinggi negara lainnya.
Di tengah persoalan bangsa yang masih rumit seperti masalah korupsi (kasus pajak) yang belum menyentuh substansi karena tidak menyentuh “big fish” nya (sementara kita tau korupsi telah memiskinkan rakyat) dan persoalan kehidupan ekonomi yang masih sulit karena jumlah penduduk miskin negeri ini masih banyak. Harga-harga pangan yang semakin tinggi dan pembohongan publik yang dilakukan oleh pemerintah (seperti yang diungkapkan oleh para tokoh lintas agama). Apakah seorang Presiden wajar meminta gajinya naik?? Apalagi faktanya bahwa gaji presiden negeri ini dibandingkan Negara lainnya tidaklah terlalu minim bahkan jika dibandingkan dengan gaji presiden Amerika Serikat sekalipun. Apakah jabatan presiden merupakan jabatan yang diincar sebagai mata pencaharian layaknya seperti para buruh yang mencari lowongan pekerjaan???. Inikah persepsi para pimpinan negeri ini ketika mengikuti pemilu??? Jika memang iya maka wajarlah jika negeri ini akan seperti ini (hidup dalam kemiskinan dan kemunduran).
Gaji Presiden sekitar Rp.62 juta/bulan dan mendapat dana taktis sekitar 2 Miliyar/bulan dan gaji ini dirasa masih kurang sementara kehidupan di negeri ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Dengan kondisi ini maka tidak perlu heran jika kesenjangan antara si miskin dan si kaya di negeri ini terpisah oleh jurang yang dalam. Tapi inilah pemimpin pilihan dari negeri ini karena dipilih oleh kira-kira 60% dari rakyat pemilih terlepas dari proses pemilunya seperti apa.
Presiden mengeluhkan gajinya hanya dalam satu hari dan langsung direspon dengan ‘baik’ oleh pejabat yang berkepentingan untuk itu, sedangkan para buruh sampai turun ke jalan untuk menaikkan upah mereka yang minim di mana yang dituntut juga tidak terlalu berlebihan hanya biar bisa hidup cukup di tengah kehidupan ekonomi yang sulit tetapi tidak pernah ditanggapi, inilah ‘enaknya’ kekuasaan tersebut.
Entah sampai kapan rakyat negeri ini akan terus diam melihat situasi yang ada. Ataukah rakyat kita sudah bersikap apatis terhadap seluruh persoalan yang ada??. Ataukah semua disibukkan oleh kepentingannya ditengah kehidupan ekonomi yang sulit??. Atau mungkin beberapa waktu lagi rakyat akan jenuh dan peristiwa yang sudah pernah terjadi di negeri ini seperti di Tunisia dan Mesir akan terjadi lagi.
Kita akan melihatnya beberapa waktu ke depan "sandiwara" apalagi yang akan dimainkan pemimpin negeri ini.
reynold_f