Sabtu, 30 April 2011

Ni Wayan Mertayani : Gadis Pemulung, Sang Juara Foto


Ni Wayan Mertayani, seorang gadis yang harus dewasa di usianya yang masih remaja karena sudah ditinggalkan oleh Sang Ayah dan harus hidup bertiga dengan Ibu dan adiknya di sebuah gubuk di tepi pantai Amed, kabupaten Karangasem, Bali. Setiap harinya Ni Wayan harus berjualan makanan dengan berkeliling dan juga harus memulung barang-barang rongsokan setelah pulang sekolah untuk dapat dijual agar bisa menghidupi dirinya, ibu dan adiknya karena ibunya juga sudah sakit-sakitan. Ketegaran sang ibu jugalah yang membuat dia tetap bertahan dan terus melanjutkan sekolahnya juga.

Bali sebagai daerah wisata telah mempertemukannya dengan Mrs. Dolly Amarhoseija yang mau meminjamkannya sebuah kamera digital dan mengajarinya untuk memotret. Lalu hasil 'jepretannya' yang ke-15 yaitu seekor ayam yang bertengger di atas sebuah pohon yang berlatarkan sinar matahari yang dianggapnya sebagai gambaran tentang hidupnya. Hidup yang beratapkan langit karena dia tinggal di sebuah gubuk yang dianggapnya tidak layak disebut sebagai rumah dan harus bertahan pada rasa dingin disaat hujan dan menahan panas di saat terik namun tetap punya harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tengah tekanan ekonomi yang terjadi di negeri ini. Keadaan itu tetap membuat Ni Wayan yang biasa dipanggil Sepi bersemangat menjalani hidupnya tanpa ada yang membatasi dia untuk punya mimpi dan akan terus berusaha untuk mewujudkannya.
>
Melalui Mrs. Dolly yang memberitahukan adanya lomba foto yang diadakan oleh Museum Anne Frank, Belanda, dengan tema "Apa Harapan Terbesarmu" Ni Wayan mengirimkan hasil jepretannya yang ke-15 tadi karena dia juga mengenal sosok seorang Anne dari buku yang dibacanya dan dia menganggap dirinya sama dengan Anne Frank. Anne Frank seorang gadis Yahudi yang besar dalam tekanan tentara Nazi dan dia harus bersembunyi namun dia harus terus menjalani hidup dan mewujudkan mimpinya. Demikian juga dengan Ni Wayan yang hidup dalam tekanan kehidupan ekonomi yang susah dia harus terus menjalani suka-duka hidupnya dan mewujudkan cita-citanya yang ingin menjadi wartawan.

Hasil fotonya itu ternyata masuk sepuluh besar dari 200 lebih peserta yang berasal dari seluruh dunia, dan setelah diseleksi lagi akhirnya keluar sebagai Juara Pertama karena kekuatan yang digambarkannya melalui fotonya tersebut. Harapannya tak pupus oleh situasi dan sulitnya hidup yang dijalaninya. Kisah ini sangat inspiratif buat kita untuk tidak menyerah dalam menjalani hidup karena kita masing-masing punya potensi dan harapan selalu ada. Semoga kita mampu belajar dari kisah ini untuk hidup kita....!!!

reynold_f

2 komentar:

  1. yuppzz..
    kehidupan harus ada mimpi n perjuagan..
    maju terus kaum perempuan..
    :)

    BalasHapus
  2. yupzz...maju truss tp jgn kemajuan y...hehe

    BalasHapus