Jumat, 25 Maret 2011

Nasib Sang Whistle Blower


Kamis (24/3/2011) kemarin Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis 3,5 tahun penjara kepada Komjen Susno Duadji (mantan Kabareskrim Polri) dan harus membayar uang pengganti sebesar Rp 4 Miliar. Susno dinyatakan bersalah atas kasus korupsi PT Salmah Arowana Lestari (PT SAL) saat menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri dan juga penyalahgunaan wewenang saat menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat. Kasus Susno berawal ketika dia hendak membongkar kasus mafia pajak tetapi yang terjadi malah dia yang kemudian diadili dan malah sudah divonis. Inilah nasib Sang Whistle Blower di negeri ini, bukannya mendapat perlindungan hukum malah kena hukum.
Seorang Jenderal saja yang menjadi whistle blower belum cukup kuat untuk mengungkap kasus di negeri ini apalagi untuk pegawai lain mungkin akan merasa takut untuk menjadi whistle blower. Memang tidaklah ada jaminan bahwa seorang whistle blower adalah orang yang bersih tetapi minimal laporan yang diberikannya haruslah di usut sampai tuntas bukan malah menjadikannya sebagai pesakitan di kursi pengadilan. Peristiwa yang terjadi atas Susno ini akan menjadi shock therapy bagi yang lain untuk tidak “bernyanyi” lagi dalam mengungkap kasus korupsi di negeri ini.
Harusnya ada undang-undang yang mengatur agar seorang whistle blower terlindungi dari tuntutan hukum sampai kasus yang dibongkarnya mendapat putusan dari pengadilan. Jadi dengan demikian kalau pun ada kasus dari Sang whistle Blower masih bisa diusut sehingga tidak menyebabkan dia kebal hukum tetapi dengan catatan bahwa apa yang dibongkarnya terlebih dahulu diproses secara hukum. Sehingga tidak ada kekhawatiran akan masalah hukum ketika seseorang ingin membongkar sebuah kasus.
Harapannya apa yang terjadi pada Susno Sang Whistle Blower tidak menjadikan yang lain takut untuk bertindak dalam penegakan hukum…!!!

Salam..!!!
reynold_f

Sabtu, 19 Maret 2011

The Invitation


Pekerjaanmu tidaklah membuatku tertarik

Aku ingin tau apa yang engkau rindukan,
dan jika engkau berani bermimpi menemukan kerinduan hatimu.

Berapa usiamu tidaklah membuatku tertarik

Aku ingin tau apakah engkau berani tampak seperti orang bodoh yang menunggu cinta,
menunggu mimpi bertualang untuk hidup.

Tidaklah membuatku tertarik planet-planet apa yang mengitari bulan.

Aku ingin tau apakah engkau telah menyentuh pusat kesedihanmu.
Jika engkau dibuka oleh penghianatan hidup atau menjadi layu dan tertutup rasa takut terhadap kepedihan selanjutnya!
Aku ingin tahu apakah engkau bisa duduk dalam penderitaan,
penderitaanku dan juga penderitaanmu,
tanpa bergerak menyembunyikannya atau mengaburkannya atau memperbaikinya.
Aku ingin tau apakah engkau bisa bersama kegembiraan,
kegembiraanku dan juga kegembiraanmu.
Jika engkau bisa menari dengan liar dan membiarkan rasa mabuk memenuhi hingga ke ujung-ujung jari tangan dan kakimu tanpa mewanti-wanti kita untuk hati-hati, realistis, atau mengingat batasan-batasan sebagai manusia.

Tidaklah membuatku tertarik apakah kisah yang engkau ceritakan itu benar.

“Jika karena agama………Go to Hell Agama”


Jika karena agama aku harus membenci manusia lain di luar diriku, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus menghina orang lain, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus memaki orang lain, maka aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus mengutuk orang, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena karena agama aku harus mengusik kehidupan orang lain, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus menikam orang lain, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus memiliki pikiran buruk terhadap pemeluk agama lain, maka lebih baik aku tak perlu memeluk agama
Jika karena agama aku harus membakar rumah orang lain, maka lebih baik aku tak perlu mengenal agama
Jika karena agama aku harus terdorong untuk bertindak anarkis, maka aku tak perlu belajar agama
Jika karena agama aku harus menciptakan kekacauan, maka lebih baik aku tak perlu mengenal agama
Jika karena agama aku harus melukai orang lain, maka lebih baik aku tak perlu hidup di negara yang beragama
Jika karena agama aku harus membuat seorang anak kehilangan bapaknya, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus mengusik perdamaian, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Jika karena agama aku harus membunuh, maka lebih baik aku tak perlu beragama
Dan jika memang demikian, maka ….. Go to Hell Agama!!!!

reynold_f
8 Februari 2011

Tulisan ini saya posting juga di www.kompasiana.com/reynold_f