Siapa yang tak kenal dengan Gayus HP Tambunan. Sejak kasus mafia pajak muncul nama Gayus hampir setiap hari muncul di berita sehingga membuat dia terkenal dan popularitasnya bisa dibilang melebihi Presiden SBY. Pegawai Departemen Perpajakan gol IIIA ini memiliki kekayaan yang melebihi perolehan gajinya dan dia dihadapkan pada kasus mafia pajak. Pertanyaannya apa iya Gayus adalah Mafia???
Stigma yang berkembang di masyarakat mengartikan seolah-olah Gayus ini adalah pemain utama dalam kasus yang dihadapinya saat ini, seolah-olah juga dia punya kekuasaan lebih dalam melakukan penggelapan pajak tersebut. Pemberitaan yang tak menyentuh substansi atau mungkin karena penyelidikan dan penyidikan yang juga tak menyentuh substansi membuat nama Gayus menjadi korban walaupun harus diakui Gayus memang terlibat namun harus disadari perannya tidaklah terlalu besar.
Logika sederhana yang bisa kita pahami adalah : apa iya seorang pegawai IIIA punya keberanian melakukan penggelapan milyaran tanpa dukungan pegawai yang lebih tinggi dari dirinya?? Apa logis seorang pegawai IIIA punya kekuatan “tanda tangan” dalam melegalkan setiap urusan perpajakan yang ditandatanganinya tanpa bersentuhan dengan atasannya?? Atasan dari atasannya dan atasannya lagi?? (mengingat jumlah uang masalah dalam jumlah besar) Apa iya seorang pegawai IIIA menjadi inisiator dalam kasus ini??
> Dalam arti dia yang meminta para wajib pajak untuk melakukan konspirasi dalam permainan pajak ini (sehingga dia menjadi pemeran utama)??? (opini di masyarakat yang berkembang seolah-olah demikian).
Pertanyaan-pertanyaan yang mendasar seperti ini bisa kita gunakan untuk memahami seperti apa kasus yang terjadi pada Gayus. Bukannya mendukung Gayus tapi yang terjadi di masyarakat kita adalah bahwa Gayus ini divonis oleh opini public sebagai manusia yang paling berdosa, lebih berdosa dari diri kita sendiri. Pernyataan salah seorang pejabat negeri ini aja yang menyatakan bahwa jika kasus Gayus dibongkar dapat mengguncang Republik ini sudah bisa membuktikan bahwa ada “orang besar” yang menjadi pemeran utama dalam kasus ini. “Orang besar” atau istilah yang sering dipakai “Big Fish” ini harus bisa diungkap jika memang ingin benar-benar membersihkan negeri ini dari korupsi karena korupsi sudah sangat memiskinkan negeri ini.
So harusnya kita bisa melihat sesuatu dengan lebih objektif tanpa harus terhanyut dengan permainan opini yang berkembang seperti yang terjadi akhir-akhir ini pemberitaan seolah-olah diarahkan hanya pada kasus pelarian-pelarian Gayus sehingga substansi masalah menjadi tidak terekspose. Tidak langsung memberikan stigma yang berlebihan pada sesuatu karena kita juga jika berada pada posisi yang sama tidak akan suka diberlakukan seperti itu. Salammm…!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar