Minggu, 09 Januari 2011

Paradigma Tentang Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan skala prioritas yang harusnya didahulukan dalam kehidupan sekarang, namun perlu dipahami bahwa pendidikan itu bukan hanya dilihat dari sisi pendidikan formalnya saja karenanya kita harus memahami hakikat dari pendidikan tersebut.
Tanpa Sumber Daya Manusia yang baik yang dihasilkan dari pendidikan maka akan sulit untuk bisa berkompetisi dengan orang lain atau kalau bicara dalam skala yang lebih luas akan susah berkompetisi dengan negara lain, walaupun untuk membangun pendidikan tersebut dibutuhkan ekonomi yang kuat sehingga sampai saat ini hal ini masih menjadi perdebatan mana yang harus didahulukan pembangunan ekonomi atau pendidikan. Namun hal ini sudah menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan bangsa terutama dalam kehidupan kita.
Jika kita melihat perkembangan pendidikan di negeri ini masih belum begitu memuaskan apabila dibandingkan dengan negara-negara lain. Pada dasarnya negara telah menempatkan pendidikan pada sektor yang prioritas karena konstitusi sudah menetapkan bahwa 20% dari APBN harus diberikan pada sektor pendidikan dan ini menjadi anggaran terbesar dibandingkan dengan sektor yang lain. Hal ini tentu menunjukkan bahwa niat untuk memajukan dunia pendidikan itu melalui anggaran negara sudah ada. Akan tetapi sudah sejauh manakah pendidikan kita berjalan hingga pada saat ini?. Haruslah diakui bahwa masih banyak masalah yang terjadi, mulai dari tingkatan dasar hingga pada perguruan tinggi.
Paradigma terhadap pendidikan menjadi salah satu faktor yang menciptakan masalah-masalah yang ada. Paradigma atau pun cara pandang yang benar tentu akan melahirkan sikap dan tindakan yang benar terhadap suatu objek yang kita pandang dan begitu juga sebaliknya. Sebagian besar sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi masih memandang bahwa anak didik itu harus dipersiapkan untuk bisa terjun pada dunia kerja sehingga dengan pola seperti ini seolah-olah pendidikan di negeri ini hanya akan menjadi alat para pemodal untuk menciptakan tenaga kerja mereka yang mampu menciptakan keuntungan besar buat perusahaan dengan gaji/upah yang minim. Harus diakui bahwa sebagian besar out put dari dunia pendidikan kita masih seperti itu. Dengan paradigma seperti ini maka proses yang terjadi antara tenaga pendidik dan anak didik hanyalah sebatas transfer ilmu pengetahuan tanpa adanya perubahan pola pikir dari si anak didik. Memang penguasaan akan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang penting sehingga kita bisa memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk tujuan survive hidup, akan tetapi ada hal yang lebih penting yaitu mengubah pola pikir untuk melahirkan kreatifitas yang lebih tinggi dan cara pandang terhadap kehidupan secara utuh.

Melihat deskripsi di atas maka peran dari tenaga pendidik sebagai ujung tombak dari pendidikan menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Untuk itu sistem pendidikan harus memperhatikan bagaimana para tenaga pendidik ini diciptakan. Banyak para pelaku pendidikan kita tidak memahami apa yang sebenarnya menjadi filosofi pendidikan tersebut, hal ini tentunya bukanlah satu alasan untuk menyalahkan mereka karena mereka juga menjadi bagian dari proses yang masih harus dikoreksi bersama. Selain itu masyarakat juga harus mengubah cara pandangnya, bahwa menyekolahkan anak bukanlah hanya sebatas untuk mendapatkan ijazah atau hanya sekedar lulus dengan angka yang baik karena banyak fakta yang menunjukkan bahwa angka-angka yang diperoleh terkadang tidak menggambarkan kemampuan seseorang. Dengan paradigma yang seperti ini menyebabkan banyak pihak mengambil jalan praktis untuk mendapatkan ijazah dengan cara membeli ijazah dan membayar untuk nilai yang bagus sehingga terbuka peluang untuk kejahatan dalam dunia pendidikan. Bahkan institusi pendidikan pun mungkin ada juga yang berpandangan seperti itu sehingga agar dinilai berprestasi mereka hanya ’bermain angka saja’.
Banyak tokoh dan orang-orang sukses yang meraih kesuksesannya tanpa melalui jalur pendidikan formal, bahkan sebagian mereka ada yang hanya tamatan SD saja sebut saja salah satu contohnya adalah pemilik perusahaan penerbangan Susi Air dan masih banyak lagi contoh sukses lainnya yang tidak menjalani jenjang pendidikan seperti yang ada pada sistem kita. Orang-orang seperti ini menjadi inspirasi sekaligus melahirkan pertanyaan mengapa orang yang tamatan sarjana pun masih banyak yang tidak seperti itu dan ini memberitahukan bahwa ada yang salah dengan pendidikan kita. Hal ini tentu saja menunjukkan kepada kita bahwa untuk sebuah kesuksesan hidup bukanlah semata-mata hanya karena tingkat pengetahuan akan IPTEK saja tetapi ada hal lain yang lebih dari itu yang harusnya bisa dijawab oleh dunia pendidikan kita.
                                           

Apabila dibahasakan dalam bahasa sederhana maka pendidikan harusnya bukan hanya membangun intelektualitas tetapi juga berperan dalam pembangunan karakter (karakter building) para peserta didik. Paradigma inilah yang harus dibangun dan diaplikasikan di masyarakat kita dan di lingkungan pendidikan kita. Mungkin kita akan berkata bahwa semua orang sudah mengerti akan paradigma ini tetapi fakta menunjukkan tidaklah demikian. Untuk itu dengan dimulai dari diri sendiri semoga pandangan kita akan pendidikan yang benar akan melahirkan sikap dan tindakan yang benar terhadap pendidikan terebut bukan hanya bagi para pelaksana tetapi juga bagi semua masyarakat karena pencapaian pendidikan ini dibutuhkan kerjasama semua pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar