Jumat, 23 September 2011

Pertanian Organik Untuk Kesejahteraan Petani...!!!

Foto by : reynold_f

Sesungguhnya sebagian kecil petani Indonesia saat ini secara tidak sengaja dan di luar kesadarannya telah melakukan perlawanan terhadap apa yang selama ini di percayai sebagai revolusi hijau. Mereka adalah petani-petani yang tidak menjadi target ataupun turut serta dalam revolusi hijau dan akhirnya tetap melakukan pertanian dengan cara yang konvensional. Dilain pihak banyak petani yang tidak sanggup membeli pupuk dan pestisida akibat harga yang terus melambung tinggi dan langka. Disini terlihat jelas bahwa sesungguhnya pertanian organik memiliki arti yang penting dalam masyarakat Indonesia. Sehingga pentinglah digagas suatu Gerakan Pertanian Organik sebagai alternatif perlawanan terhadap dominasi Revolusi Hijau –dalam hal ini ketergantungan terhadap pupuk kimia, pestisida dan bahan-bahan pertanian lainnya yang sejenis. Awalnya, gerakan organik diragukan keberhasilannya. Ada yang berpendapat bahwa pertanian organik tidak akan efektif dalam mengatasi kebutuhan pangan yang semakin meningkat karena pertanian organik membutuhkan masukan organik yang banyak.

Rabu, 21 September 2011

Tinjauan Kritis : Revolusi Hijau Untuk Kesejahteraan Petani (???)

foto by : reynold_f
Revolusi hijau ala Indonesia dikenal dengan Bimas (Bimbingan Massal) dan dilanjutkan dengan Inmas (Intensivikasi Massa). Dengan program ini pihak pemerintah/penguasa gencar melakukan program-program pertanian seperti subsidi pupuk hingga pada penyuluhan pertanian lapangan (PPL). Para petani diarahkan untuk mengikuti program dan mereka hanya dianggap sebagai objek sehingga ekspresi para petani tidak pernah terakomodasi. Petani hanya bisa mengikuti apa yang dianjurkan dari atas dan menjadi pelaksana program di tanahnya sendiri. Dengan mengikuti paket yang ada dalam Bimas maupun Inmas, petani harus mengikuti pola produksi yang telah ditetapkan. Pupuk kimia, pola tanam yang seragam, penggunaan bibit yang terkadang dengan merek tertentu, serta pestisida yang juga telah distandarkan. Semua itu membuat petani tergantung pada industri bibit, pupuk dan pestisida. Tidak hanya itu, keragaman bibit lokal yang dimiliki petani juga telah beralih tangan. Sebelum Revolusi Hijau, kita memiliki hampir 10.000 macam jenis bibit padi lokal. Semuanya tersimpan dalam IRRI (International Rice Research Institute) di Filipina dan menjadi milik AS. Kini hanya tinggal sekitar 25 jenis bibit padi lokal yang masih tersisa di Indonesia.

Kearifan lokal yang dimiliki oleh para petani telah hilang dimana kemandirian yang dulu dimiliki sekarang telah berubah menjadi ketergantungan akan bibit, pupuk kimia dan pestisida, insektisida dan herbisida. Struktur organisasi tradisional yang dimiliki oleh petani telah dibuat seragam dengan membentuknya dari atas ke bawah bukan lahir dari keinginan petani itu sendiri sehingga organisasi petani yang kuat tidak pernah ada. Kepemimpinan lokal yang biasa tumbuh diantara petani dimusnahkan dan proses belajar mengajar diantara mereka juga telah hilang. Situasi ini terus berlangsung hingga saat ini meskipun kepemimpinan nasional telah berganti. Kepepmimpinan yang berpihak kepada petani yang merupakan bagian terbesar di negeri ini tidak pernah ada sehingga revolusi hijau yang dianggap sebagai penyelamat bagi pembangunan pertanian semakin berlanjut yang ternyata telah merusak ekologi dan sumber hayati bangsa ini. 

Selasa, 20 September 2011

Niscaya...Masih Ada...!!!


Foto dari koleksi wallpaper
Kau datang di saat rapuh bersamanya
Kau datang di saat masih miliknya
Kau datang tanpa berani kehilangannya
Kau datang tanpa berani meninggalkannya

Kau bicara tentang rasa di hadapanku, tapi tak ingin lepas darinya
Kau bicara benci tentang dia, tapi masih bersamanya
Kau bicara ketidaknyamanan tapi masih di sisinya
Kau bicara tentang kau yang tersakiti tapi masih tetap memilihnya

Aku tak perlu bicara untuk membuatmu memilihku
Aku tak perlu menjawab pertanyaanmu untuk membuatmu bersamaku
Aku tak perlu berjanji untuk membuatmu yakin tentangku
Aku tak perlu itu karena engkau yang menawarkan rasamu

Revolusi Hijau Untuk Kesejahteraan Petani (???)

sumber foto dari pencarian google

Jumalah penduduk dunia yang terus meningkat telah mendorong negara-negara di dunia untuk terus meningkatkan produksi pangan. Negara-negara agraris menjadi sasaran ide dari peningkatan produksi pangan melalui peningkatan hasil pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian. Para petani yang dulunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangannya sekarang dipaksa untuk memenuhi pangan dari seluruh penduduk dunia tanpa disadari. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat ini dilakukanlah revolusi terhadap system pertanian. Indonesia yang merupakan negara agraris juga menjadi salah satu negara yang melakukan revolusi terhadap pertaniannya dengan mengarahkan pertanian tradisional ke modernisasi (industri) pertanian. Dulu para petani kita menggunakan bibit-bibit lokal dan juga menggunakan pupuk kandang untuk menyuburkan pertaniannya, namun sekarang penggunaan pupuk kimia dan bibit varietas (unggul) menjadi semacam trend dalam dunia pertanian bangsa ini. Hal ini membuat kearifan lokal para petani hilang.
Revolusi ini dikenal dengan nama Revolusi Hijau yang salah satu cirinya adalah penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia yang semuanya diproduksi oleh pabrik sehingga dengan luas lahan tertentu bisa menghasilkan hasil yang berlipat-lipat.  Green Revolution ini pertama kali muncul di Mexico pada tahun 1943 disponsori oleh Rockefeller Foundation dan Ford Foundation, keduanya yayasan yang berasal dari Amerika Serikat. Pada intinya Revolusi Hijau – yang mengandalkan teknologi benih, pupuk dan pestisida – berusaha melipatgandakan hasil pertanian sehingga tersedia cukup makanan baik bagi negara yang bersangkutan maupun bagi negara lain di seluruh dunia.

Selasa, 06 September 2011

Gempa Guncang Aceh dan Sumut 6,7SR

Sumber foto dari pencarian google
Berdasarkan informasi dari BMKG gempa terjadi sekitar pukul 00.55 Wib pada hari Selasa, 6 September 2011, dimana koordinat gempa berada di 2.81 LU - 97.85 BT. Pusat gempa berada pada 59 km Timur Laut Singkilbaru - Aceh atau 78 km BArat Daya Kabanjahe, Sumatera Utara. Pusat gempa ini berada pada kedalaman 78 km dan tidak berpotensi terjadinya tsunami (menurut BMKG). Namun walaupun demikian Pusat Riset tsunami yang bermarkas di Hawai sempat merilis warning kemungkinan terjadinya tsunami (sumber : AcehKita.com) Gempa dengan kekuatan 6,7SR ini mengguncang Aceh dan wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis gempa juga terasa di Sidikalang (Kab. Dairi), Doloksanggul-Lintong (Kab. Humbahas), Kab. Tapanuli Utara, Sibolga (berdasarkan status teman-teman di Facebook hehehe....) Harapannya semoga gempa kali ini tidak menimbulkan kerusakan yang parah dan terlebih berharap tidak adanya korban nyawa, Semoga.....!!!!!