Foto by : reynold_f |
Sesungguhnya sebagian kecil petani Indonesia saat ini secara tidak sengaja dan di luar kesadarannya telah melakukan perlawanan terhadap apa yang selama ini di percayai sebagai revolusi hijau. Mereka adalah petani-petani yang tidak menjadi target ataupun turut serta dalam revolusi hijau dan akhirnya tetap melakukan pertanian dengan cara yang konvensional. Dilain pihak banyak petani yang tidak sanggup membeli pupuk dan pestisida akibat harga yang terus melambung tinggi dan langka. Disini terlihat jelas bahwa sesungguhnya pertanian organik memiliki arti yang penting dalam masyarakat Indonesia. Sehingga pentinglah digagas suatu Gerakan Pertanian Organik sebagai alternatif perlawanan terhadap dominasi Revolusi Hijau –dalam hal ini ketergantungan terhadap pupuk kimia, pestisida dan bahan-bahan pertanian lainnya yang sejenis. Awalnya, gerakan organik diragukan keberhasilannya. Ada yang berpendapat bahwa pertanian organik tidak akan efektif dalam mengatasi kebutuhan pangan yang semakin meningkat karena pertanian organik membutuhkan masukan organik yang banyak.
Disisi lain, kita lupa bahwa Gerakan Revolusi Hijau telah menghancurkan tatanan dan kearifan-kearifan lokal yang dilakukan petani zaman dulu. Petani telah dibuatnya lupa akan pentingnya memanfaatkan sisa-sisa panen untuk diolah kembali menjadi bahan organik yang dibutuhkan tanah. Tanah telah dibuatnya rusak dengan penggunaan pupuk kimia berlebih. Pengolahan tanah menggunakan mesin-mesin berat telah mengakibatkan tanah-tanah pertanian menjadi padat. Dan penggunaan pestisida yang gila-gilaan telah membuat musuh-musuh alami yang berguna dalam rantai makanan hilang. Sebetulnya ditingkat nasional, gerakan pertanian organik telah disepakati untuk menjadi gerakan industrialisasi pedesaan yang berkelanjutan. Petani diyakini sejahtera setelah lepas dari ketergantungan terhadap benih, pupuk, dan pestisida (Kompas, 25 November 2006).
Yang paling hebat, saat ini gerakan pertanian organik telah didukung oleh banyak pihak. Bahkan organisasi-organisasi non pemerintah yang membela kaum tani banyak bermunculan. Gerakan Pertanian Organik seolah-olah menjadi sebuah “ideologi” baru sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni perusahaan-perusahaan transnasional yang nyata-nyata telah merusak pertanian secara khusus dan lingkungan Indonesia secara umumnya. Dengan pertanian organik ini para petani diharapkan akan lepas dari ketergantungan akan pupuk kimia dan pestisida yang merusak tanah pertanian dan juga merusak lingkungan yang hijau serta membuat biaya produksi petani semakin besar sehingga dengan demikian pertanian yang ramah lingkungan bisa diwujudkan dan kesejahteraan petani bukan hanya mimpi lagi tetapi bisa dinyatakan.
Mari Wujudkan Pertanian Ekologis Sebagai Gerakan Revolusi Hijau Yang Sesungguhnya…………….!!!
Artikel terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar