Senin, 11 Juli 2011

Surat Kepada Para Tokoh Nasional Indonesia

Yang terhormat, Para Tokoh Nasional Indonesia…
Pernahkah terpikir seperti apa nasib bangsa ini ke depan?? Sekarang saja kondisi bangsa ini sepertinya semakin terpuruk dalam jurang kapitalisme yang semakin menciptakan jurang di antara masyarakat. Rasa nasionalisme yang terkikis oleh karena perebutan kepentingan yang lebih kecil sehingga membuat stakeholder kita lupa menegakkan keadilan dan memberikan kemakmuran bagi rakyat yang mendiami negeri ini, maka jangan salahkan jika anak bangsa ini semakin sering melakukan perampokan, semakin ingin terlibat dalam tindakan-tindakan anarkis dan bahkan tindakan teroris.
Lihatlah sejenak kondisi di akar rumput sebagai gambaran nyata dari negeri yang katanya kaya raya ini, karena jika yang kalian lihat hanya kondisi kalian saja pada tingkatan atas sana maka pembiaran pun akan terjadi karena hanya egolah yang dipertahankan. Yang ada hanyalah mempertahankan posisi masing-masing, menyatakan diri sebagai yang benar, dan untuk kepentingan itu eksploitasi masalah pun dilakukan dan semua hanyalah atas nama….atas nama kemiskinan, atas nama ketidakadilan, atas nama rakyat.
>
Tidakkah kalian sadari bahwa anak-anak terbaik bangsa ini begitu banyak tetapi harus lari dari negeri ini hanya karena mereka muak dengan kepentingan-kepentingan para orang-orang yang ingin berkuasa, muak dengan pertikaian yang tak berujung pada kepentingan rakyat. Bagaimana negeri ini bisa bangga dengan predikat Negara kaya tetapi rakyatnya begitu menderita?? Kekayaan bangsa ini habis terangkut keluar dari wilayah kita dan hanya dinikmati oleh bangsa lain, kalaupun ingin dinikmati oleh rakyat negeri ini harus dengan harga mahal. Kita menjadi kuli di tanah sendiri….
Memang tidaklah mudah menyatukan kepentingan dari seluruh penghuni negeri ini dengan wilayah yang luas dan dengan berbagai keberagaman yang dimilikinya tetapi kepada siapa lagi rakyat harus memberikan harapannya jika para Tokoh Nasional mereka juga tidak mampu menyamakan kepentingan untuk bangsa ini. Haruskah menunggu Dewi Fortuna?? Ataukah harus menunggu bangsa ini hancur?? kembali pada titik nol sehingga elemen bangsa ini tersadar dan menumbuhkan niat untuk bersatu??? Tak mampukah kondisi saat ini meruntuhkan ego yang ada dalam diri para elit bangsa ini?? Ataukah kalian merasa bahwa kondisi bangsa ini baik-baik saja???
Mari sejenak untuk merenungkan alangkah indahnya bangsa ini dipimpin oleh orang yang tak perlu dipertanyakan asal sukunya, status gendernya dan apa imannya tetapi kita hanya perlu mempertanyakan kemampuan dan visinya dalam membangun bangsa ini untuk menjadi bangsa yang lebih maju dan menciptakan cita-cita perjuangan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar kita. Pertarungan perebutan kekuasaan di negeri ini harus dibangun di atas jiwa ksatria bukan mencitrakan diri sebagai ksatria. Maju sebagai pemimpin negeri ini bukan hanya berpura-pura peduli pada rakyat kecil atau hanya sekedar mencetak nama sebagai penguasa dalam sejarah tapi biarkanlah sejarah yang mencetak nama Anda sebagai orang yang selalu dirindukan karena perbuatan bajikmu.
Para Tokoh Nasional Indonesia yang terhormat, kiranya Tuhan menumbuhkan kesadaran itu (Jika Tuhan masih peduli) untuk membuat para tokoh kami menyatukan kekuatan dan meruntuhkan ego masing-masing dan meruntuhkan kepentingan golongannya demi kemajuan bangsa ini dan demi terciptanya kehidupan yang lebih baik di tanah Indonesia ini…….

Hormat saya,


reynold_f
26 September 2010

Tulisan atau surat terbuka ini juga saya muat di kompasiana.com/reynold_f dan saya coba buat lagi di blog ini mengingat kondisi saat ini para tokoh di negeri ini lebih sibuk dalam urusan politik daripada mengurusi negara dan rakyatnya. Hampir setiap hari di media dapat kita lihat perang politik dan hampir tidak ada yang terdengar berita tentang peningkatan kesejahteraan rakyat atau pembangunan-pembangunan lain yang sedang berlangsung entah karena memang tidak ada atau media yang tak menyentuhnya.

Artikel terkait :
Harapan Akan : Surat Kepada Para Tokoh Nasional Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar